Senin, 12 Oktober 2015

Dentang Musikal Bulan Bahasa Butuh Konsep Matang



penampilan lomba musikalisasi puisi




Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang punya gawe di bulan bahasa mengadakan  lomba musikalisasi puisi Minggu pagi (11/10). Sebenarnya akan ada dua kategori perlombaan yang diadakan berbeda hari. Kategori tingkat pelajar dan mahasiswa. “Karena peserta kategori pelajar hanya tiga delegasi maka sangat memungkinkan untuk disatukan pelaksanaannya.” Tutur Rima dari pihak panitia. Pelaksanaan lomba musikalisasi puisi juga dibarengi dengan pengumpulan esai yang sudah diumumkan jauh hari dan diperjelas saat TM (red: Take Meeting) tanggal lima Oktober kemarin. 

Auditorium kembali bergemuruh tak henti-henti dengan dentang musik dan sajak. UKM Nanggala dan teater Sabit turut memeriahkan perlombaan bersama seluruh delegasi tiap kelas Prodi PBSI dan pelajar SMA. “Nanggala ingin berbagi sama teman-teman yang lainnya, teater (red: seni) itu tidak ada tingkatannya. Meskipun itu sudah tua, muda, baru, maupun sudah lanjut itu sebenarnya semuanya sama.” Tutur Hafidz saat diwawancarai salah satu anggota Karsa setelah tampil membawakan genre rock masyarakat Rosa. Intinya setiap peserta punya kesan masing-masing. Menganggap perlombaan ini untuk bereksplorasi bukan untuk kompetisi. 

Bahkan untuk inspirasi membentuk komunitas seni baru. Lomba musikalisasi puisi termasuk jarang ada. “Jarang ada dan ini juga baru pertama kali. Lomba ini inspirasi untuk membentuk group kesenian di SMA saya. Dengan adanya acara ini saya berharap bibit-bibit seni yang ada di SMA akan lebih banyak lagi berkarya.” Ungkap salah satu peserta dari SMA 1 Kamal. Dari delegasi MAN Bangkalan juga menyatakan bahwa lomba musikalisasi puisi itu langka. “Atas nama teater, ini yang pertama kali karena musikal itu jarang ada lomba-lomba kayak gini. Nggak sering seperti baca puisi, musik, dan ngeband.” Tuturnya dengan kelakar malu-malu.
suasana persiapan peserta

Seni itu tidak bisa dilombakan. Tapi juri mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk menilai dalam sebuah perlombaan yang diadakan. Ketajaman suasana saat musikalisasi dibawakan, ending atau kesan dan pesan yang ingin disampaikan ke audien, dan ekspresi juga menjadi penilaian tersendiri. “Karena ini musikalisasi puisi, puisi tetap menjadi acuan utama. Dari segi penampilan, penghayatan.” Komentar Pak Suryadi selaku dewan juri. Evaluasi dari keseluruhan, mengharapkan lebih dimatangkan lagi secara konsep pertunjukan. Jangan sampai penyaji juga terganggu dengan apresiasi penonton yang kurang kondusif. “Penyajinya main. Penonton juga main. Jelas itu mengganggu konsentrasi” Tambahnya. Belum lama menjadi dosen sastra di UTM khususnya PBSI, maka belum sepenuhnya tahu fasilitas yang telah dimiliki prodi. “Acara puisi seperti itu panggungnya dikondisikan lebih serius. Saya tidak tahu sih fasilitasnya di sini itu seperti apa. Ini kan evaluasi. Jadi ke depannya semoga lebih baik.” (Red)

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar