Sabtu, 10 Oktober 2015

Gema Pekan Seni Pelajar Tak Hanya Bertahan Sehari

Lomba baca puisi



 Pekan seni pelajar menjadi rangkaian kegiatan Bulan Bahasa yang dilaksanakan HMP-PBSI terus menerus menggelora di Gedung Auditorium UTM, (09/10). Acara ini akan berlanjut pada lomba musikalisasi puisi dan pidato tingkat pelajar se-Madura. Antusiasme pelajar SMA yang turut berpartisipasi mengikuti lomba membaca puisi Jumat siang cukup banyak. Terdapat 26 peserta lomba baca puisi bertemu dari berbagai daerah di Madura. 
 
Peserta yang didelegasikan  oleh SMA yang ikut berpartisipasi pada umumnya adalah siswa yang memang sudah aktif dan menekuni dunia sastra, yaitu puisi, teater dan lain sebagainya. Hal ini menjadi modal mereka dalam mengekspresikan dan menjiwai puisi karya  W.S Rendra,Tcengsu Cahyono dan D. Zawawi Imron yang sudah disediakan. “Acara Pekan Seni Pelajar se-Madura ini merupakan acara yang saya harapkan akan terus ada disetiap tahunnya, kalau bisa peserta yang didelegasikan jangan hanya tiga orang, karena di sekolah saya SMA 3 Pamekasan banyak sekali yang berminat Mbak.” Tutur Wulan Sagita, salah satu peserta. Saat ditanyai perihal caranya menjiwai puisi “IBU”  karya D. Zawawi Imron dia mengutarakan bahwa dia cukup gugup, apalagi saingannya kali ini bukan hanya pelajar dari Pamekasan, namun perwakilan pelajar dari daerah-daerah di pulau Madura. “Bismillah saya percaya diri” Tuturnya. Selain peserta, tim reporter juga sedikit berbincang-bincang dengan salah satu guru dari peserta yaitu Ibu Endah. Saat dimintai pendapatnya perihal lomba puisi yang dilaksanakan oleh HMP PBSI, ibu Endah sangat mengapresiasi acara ini. Menurut beliau, ini bisa menjadi acuan bagi murid-muridnya untuk mengembangkan bakat dalam dunia sastra. Beliau juga menambahkan harapan-harapannya untuk keberlangsungan acara ini, tak berbeda dengan muridnya, beliau juga mengharapkan jika ke depannya peserta yang menjadi perwakilan dari sekolah-sekolah bisa bertambah, tidak hanya tiga delegasi. 

Pemenang lomba diumumkan pada hari itu juga. Dewan juri juga menyampaikan apresiasinya setelah peserta terakhir menampilkan kemampuannya. Membaca puisi itu tidak seperti membaca buku teks. Harus digali, didalami maknanya agar dapat memberikan kenikmatan kepada audien. Literasi itu penting sekali dari segi sejarah, sosiologi, dan linguistik. Dari peserta ternyata masih banyak yang tidak bisa melafalkan bunyi r dan h dengan baik. “Banyak kesalahan huruf r dan h yang perlu dilatih kembali. Segi ekspresi sudah sangat baik. Saya senang sekali.” Komentar Pak Alul selaku dewan juri. Menggunakan nada tinggi tidak selamanya bagus, perlu adanya pengimbangan agar puisi yang kita baca tidak monoton. “Hompimpah tidak selamanya dibaca hompimpah tapi bisa diperpanjang dan didalami menjadi hooooommpimmpaah.” Tambahnya. Pak Alul berharap acara ini memberikan sumbangsih yang besar agar ke depannya lebih meriah lagi. Berbeda dengan juri yang lain Set Wahedi begitu nama penanya, melihat peserta membacakan sebuah sajak dan semuanya bagus-bagus menjadikannya ingin membaca sajak pula. Membaca sajak “Menjadi penyair lagi”, suaranya menggema di Gedung Auditorium memberi kesan tersendiri bagi para peserta sebagai tambahan ilmu baru. Lomba membaca puisi ditutup dengan pengumuman pemenang. Salwa delegasi dari SMA Al Ibrahimi Galis, Bangkalan sebagai peraih juara pertama. Fadhol MA 1 Annuqayah Sumenep mendapat juara dua. Sedangkan juara tiga diraih Hepi Rizki Perdana dari SMAN 3 Pamekasan.(tz/wk/ap)



Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar