![]() |
Lomba baca puisi |
Pekan seni
pelajar menjadi rangkaian kegiatan Bulan Bahasa yang dilaksanakan HMP-PBSI
terus menerus menggelora di Gedung Auditorium UTM, (09/10). Acara ini akan
berlanjut pada lomba musikalisasi puisi dan pidato
tingkat pelajar se-Madura. Antusiasme pelajar SMA yang turut berpartisipasi
mengikuti lomba membaca puisi Jumat siang cukup banyak. Terdapat 26 peserta
lomba baca puisi bertemu dari berbagai daerah di Madura.
Peserta yang
didelegasikan oleh SMA yang ikut
berpartisipasi pada umumnya adalah siswa yang memang sudah aktif dan menekuni
dunia sastra, yaitu puisi, teater dan lain sebagainya. Hal ini menjadi modal
mereka dalam mengekspresikan dan menjiwai puisi karya W.S Rendra,Tcengsu
Cahyono dan D. Zawawi Imron yang sudah disediakan. “Acara Pekan Seni Pelajar
se-Madura ini merupakan acara yang saya harapkan akan terus ada disetiap
tahunnya, kalau bisa peserta yang didelegasikan jangan hanya tiga orang, karena
di sekolah saya SMA 3 Pamekasan banyak sekali yang berminat Mbak.” Tutur Wulan
Sagita, salah satu peserta. Saat ditanyai perihal caranya menjiwai puisi
“IBU” karya D. Zawawi Imron dia mengutarakan bahwa dia cukup gugup,
apalagi saingannya kali ini bukan hanya pelajar dari Pamekasan, namun
perwakilan pelajar dari daerah-daerah di pulau Madura. “Bismillah saya percaya
diri” Tuturnya. Selain peserta, tim reporter juga sedikit berbincang-bincang
dengan salah satu guru dari peserta yaitu Ibu Endah. Saat dimintai pendapatnya
perihal lomba puisi yang dilaksanakan oleh HMP PBSI, ibu Endah sangat
mengapresiasi acara ini. Menurut beliau, ini bisa menjadi acuan bagi
murid-muridnya untuk mengembangkan bakat dalam dunia sastra. Beliau juga
menambahkan harapan-harapannya untuk keberlangsungan acara ini, tak berbeda
dengan muridnya, beliau juga mengharapkan jika ke depannya peserta yang menjadi
perwakilan dari sekolah-sekolah bisa bertambah, tidak hanya tiga
delegasi.
Pemenang
lomba diumumkan pada hari itu juga. Dewan juri juga menyampaikan apresiasinya
setelah peserta terakhir menampilkan kemampuannya. Membaca puisi itu tidak
seperti membaca buku teks. Harus digali, didalami maknanya agar dapat
memberikan kenikmatan kepada audien. Literasi itu penting sekali dari segi
sejarah, sosiologi, dan linguistik. Dari peserta ternyata masih banyak yang
tidak bisa melafalkan bunyi r dan h dengan baik. “Banyak kesalahan huruf r dan
h yang perlu dilatih kembali. Segi ekspresi sudah sangat baik. Saya senang
sekali.” Komentar Pak Alul selaku dewan juri. Menggunakan nada tinggi tidak
selamanya bagus, perlu adanya pengimbangan agar puisi yang kita baca tidak
monoton. “Hompimpah
tidak selamanya dibaca hompimpah tapi bisa diperpanjang dan didalami menjadi
hooooommpimmpaah.” Tambahnya. Pak Alul berharap acara ini memberikan sumbangsih
yang besar agar ke depannya lebih meriah lagi. Berbeda dengan juri yang lain
Set Wahedi begitu nama penanya, melihat peserta membacakan sebuah sajak dan
semuanya bagus-bagus menjadikannya ingin membaca sajak pula. Membaca sajak “Menjadi
penyair lagi”, suaranya menggema di Gedung Auditorium memberi kesan tersendiri
bagi para peserta sebagai tambahan ilmu baru. Lomba membaca puisi ditutup
dengan pengumuman pemenang. Salwa delegasi dari SMA Al Ibrahimi Galis,
Bangkalan sebagai peraih juara pertama. Fadhol MA 1 Annuqayah Sumenep mendapat
juara dua. Sedangkan juara tiga diraih Hepi Rizki Perdana dari SMAN 3
Pamekasan.(tz/wk/ap)
0 comments:
Posting Komentar