Bagaimana citizen menghadapi ledakan informasi era digitalisasi? Begitu
generasi mobile makin berkembang
pesat di Indonesia, citizen yang
memakaikan peran dirinya sebagai pembaca seakan menerima gelombang dahsyat dalam
menghadapi tsunami informasi.
Hingga
perkembangannya saat memasuki tahun 2000-an sampai kini, hal yang terlihat
begitu tak asing lagi pada citizen
adalah handphone yaitu sebagai
perangkat hidup (gadget) yang digunakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan primer
dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan alat tersebut, citizen atau warga dapat online
di mana saja untuk mengakses informasi dengan begitu cepatnya. Dari situ, berbagai
media online seperti facebook,
twitter, blog, web, instagram, radio internet, yang menghubungkan pada proses
interaksi telah berhasil memudahkan citizen dalam hal pengaksesan berita.
Tersajinya
informasi dari berbagai media online tersebut,
Ignatius Haryanto dalam Jurnalisme Era Digital pernah mengutip artikel majalah
Columbia Journalism Review (edisi November/Desember 2008) berjudul “Over Load”
menunjukkan bahwa hingga 2008, tercatat paling tidak ada 70 juta blog, 150 juta
website di dunia maya.
Pada
akibatnya era ini telah membukakan era baru bagi percepatan pendistribusian informasi
dalam efisiensi detik dari berbagai sumber. Hal tersebut membentuk atmosfer
persaingan ketat dari berbagai media yang sama-sama menyajikan berita untuk lebih
kuantitatif dan aktual dalam menyajikan informasi.
Namun,
dari kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan media informasi digital ada yang
perlu kita pertanyakan mengenai kualitas dan keakuratan berita yang sering
tidak mendapat perhatian dari media yang bersangkutan.
Oleh
karena itu, ada yang perlu kita tilik kembali mengenai hal ini yaitu pada sisi profesionalisme
seorang wartawan sebagai pihak yang memeroleh, menyimpan, mengolah, dan menyebar
informasi agar tetap bertanggungjawab dalam hal melayani kepentingan publik.
Adanya
perang propaganda dari pemilik modal besar dan pihak tertentu dengan itikad
buruk yang dibawa-bawa wartawan dalam tiap beritanya dapat menimbulkan
kecemasan massal atas berita-berita bohong, tak tersensor, dan tak berimbang.
Maka
menghadapi tsunami informasi seperti ini, citizen perlu lebih cerdas dan jeli dalam
menginterpretasikan semua peristiwa yang sedang diberitakan, bahkan terpublikasi
langsung oleh bermacam media. Kita dapat mengantisipasinya dengan menjadi
citizen yang aktif dan kritis dalam memilih sumber berita yang bermanfaat,
sesuai dengan pernyataan Prof. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. bahwa audiensi yang
kritis adalah khalayak yang bersikap selektif, utilitarian (pemanfaatan), dan
intentional (berdasarkan niat atau keinginan). (Anggun Putri)
0 comments:
Posting Komentar