Sabtu, 07 Mei 2016

Tsunami Informasi Era Digitalisasi


            Bagaimana citizen menghadapi ledakan informasi era digitalisasi? Begitu generasi mobile makin berkembang pesat di Indonesia, citizen yang memakaikan peran dirinya sebagai pembaca seakan menerima gelombang dahsyat dalam menghadapi tsunami informasi.

Hingga perkembangannya saat memasuki tahun 2000-an sampai kini, hal yang terlihat begitu tak asing lagi pada citizen adalah handphone yaitu sebagai perangkat hidup (gadget) yang digunakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan primer dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan alat tersebut, citizen atau warga dapat online di mana saja untuk mengakses informasi dengan begitu cepatnya. Dari situ, berbagai media online seperti facebook, twitter, blog, web, instagram, radio internet, yang menghubungkan pada proses interaksi telah berhasil memudahkan citizen dalam hal pengaksesan berita.

Tersajinya informasi dari berbagai media online tersebut, Ignatius Haryanto dalam Jurnalisme Era Digital pernah mengutip artikel majalah Columbia Journalism Review (edisi November/Desember 2008) berjudul “Over Load” menunjukkan bahwa hingga 2008, tercatat paling tidak ada 70 juta blog, 150 juta website di dunia maya.

Pada akibatnya era ini telah membukakan era baru bagi percepatan pendistribusian informasi dalam efisiensi detik dari berbagai sumber. Hal tersebut membentuk atmosfer persaingan ketat dari berbagai media yang sama-sama menyajikan berita untuk lebih kuantitatif dan aktual dalam menyajikan informasi.

Namun, dari kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan media informasi digital ada yang perlu kita pertanyakan mengenai kualitas dan keakuratan berita yang sering tidak mendapat perhatian dari media yang bersangkutan.

Oleh karena itu, ada yang perlu kita tilik kembali mengenai hal ini yaitu pada sisi profesionalisme seorang wartawan sebagai pihak yang memeroleh, menyimpan, mengolah, dan menyebar informasi agar tetap bertanggungjawab dalam hal melayani kepentingan publik.

Adanya perang propaganda dari pemilik modal besar dan pihak tertentu dengan itikad buruk yang dibawa-bawa wartawan dalam tiap beritanya dapat menimbulkan kecemasan massal atas berita-berita bohong, tak tersensor,  dan tak berimbang.

Maka menghadapi tsunami informasi seperti ini, citizen perlu lebih cerdas dan jeli dalam menginterpretasikan semua peristiwa yang sedang diberitakan, bahkan terpublikasi langsung oleh bermacam media. Kita dapat mengantisipasinya dengan menjadi citizen yang aktif dan kritis dalam memilih sumber berita yang bermanfaat, sesuai dengan pernyataan Prof. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. bahwa audiensi yang kritis adalah khalayak yang bersikap selektif, utilitarian (pemanfaatan), dan intentional (berdasarkan niat atau keinginan). (Anggun Putri)

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar