Pagi ini udara masih terasa segar, tanah terlihat basah sisa
tersiram air hujan tadi malam. Aku termenung duduk manis di sebuah kursi kuno
di taman samping rumahku. Mataku tertuju pada sepasang burung yang sedang
beraduh kasih di salah satu dahan pohon Di depanku, jadi teringat sama
cowokku. Rino adalah nama pacarku. Sudah setahun ini kami jadian. Iya sih dia
tuh sayang dan cinta banget sama aku. Tapi dibalik itu semua aku tidak
percaya sedikit pun dengan keseriusan cintanya. Sampai setahun ini kita jadian dia
belum pernah menyatakan langsung kalau dia mencintaiku, dari situlah aku
meragukan cintanya. Aku mencintai dia bahkan sangat mencintainya. Awal kita
jadian dia nembak aku lewat bantuan medsos. Aah tidak seromantis pasangan lain.
Tapi ya gitu meskipun dia tidak romantis kayak cowok lain, dia selalu bisa
buat aku nyaman berada disampingnya, bisa
dibilang dia tuh pemalu atau suka grogi kalau deket-deket sama cewek Dia tuh
humoris banget sampai-sampai tiap ngedate selalu buat aku ketawa-ketawa terus
denger cerita-ceritanya yang konyol dan buat geli perutku. Kadang aku ngerasa
ngiri sama teman-teman cewekku yang baru jadian sama cowoknya, katanya sih awal
jadian itu kenangan
terindah, di mana seorang cowok berani mengungkapkan perasaan cintanya di depan
cewek yang disukainya, ada rasa malu, nervous, salting, bikin pipi merah lah,
hati dag dig dug seketika, tapi sayang perasaan kayak gitu tidak pernah aku
rasakan. Aku mengira cowokku tidak benar-benar cinta sama aku, dia tidak pernah
serius dengan hubungan kita. Disela-sela aku lagi banyangin dia, ehh aku tidak
sadar kalau dia sudah duduk disebelahku, panjang umur tuh anak.
”Sayang lagi ngelamunin apa sih??masak cowokmu duduk
Disampingmu, kamu kaget tidak karuan kayak gitu, ada masalah, cerita saja sama aku
sayang,” serunya sambil menjulurkan setangkai mawar putih yang baru
dibelinya.
”Aku lagi mikirin perkataannya bu Rusmawati tadi mengenai
resolusi sastra, jika resolusi sastra itu penyelesaian dari sebuah konflik maka
apakah ada resolusi dalam sebuah cinta?”dengan ragu-ragu aku menanyakan akan
hal itu. ”Hmmb menurutku itu ada, sastra kan banyak mengambil dari kisah
kehidupan manusia terutama kata cinta, tapi bedanya lebih ditekankan dan
berhubungan langsung dengan hati manusia itu sendiri. Jika dalam sebuah
karangan saja ada resolusinya maka dalam kehidupan juga tentunya ada.” Jawab
Rino dengan penjelasan yang cukup panjang. Dengan suara yang tersipu aku
bertanya pada Rino.”Rino, kamu tuh benar-benar sayang apa tidak sih sama aku?
aku pengen kisah cintaku kayak kisah karangan cerpen mengalami penyelesaian
dalam konflik keraguanku selama ini terhadap cintamu padaku” tiba-tiba aku
punya keberanian bertanya soal itu lagi, mungkin ini bukan pertanyaan yang
pertama kalinya tapi sudah ke 1000 kali selama setahun ini.
”Hahaha, kamu tanya pertanyaan konyol itu lagi, masak kisah
cinta manusia disamakan dengan cerita dalam cerpen gak lucu sayang, ini
kehidupan asli bukan dunia imajinasi lagi, tidak lucu pertanyaanmu itu, kenapa
sampai saat ini kamu belum bisa percaya kalau aku sayang dan cinta sama kamu,
apa belum cukup selama ini bukti-bukti yang menunjukkan kalau aku benar-benar
menyukai kamu, dulu kamu yang nyuruh aku untuk percaya dengan cintamu, tapi
kenapa sampai saat ini tak sedikit pun kamu bisa mempercayai perasaan sayangku
untuk kamu, aku kecewa dengan sikapmu. ”Ya, rasa keraguan inilah dan
pertanyaanku inilah yang selalu buat aku berantem dengan cowokku. ”Ya
Rino, jujur sampai saat ini aku masih belum bisa 100% percaya kalau kamu
bener-bener sayang sama aku, kalau kamu benar-benar serius sayang sama aku,
kenapa sampai saat ini kamu masih tidak berani bilang langsung di hadapan
mataku kalau kamu mencintai aku, aku cuma pengen ngerasain kayak cewek-cewek
yang lainnya, denger dengan telingaku langsung cowokku bilang kalau dia
mencintai aku, tapi apa yang kudapat, kamu tidak pernah bilang kayak gitu sama
aku sampai saat ini, setiap kali aku nyuruh kamu bilang kayak gitu kamu selalu
bilang maaf aku belum bisa lakuin itu, kamu tak pernah pegang tanganku, tak pernah
cium keningku, tak pernah belai rambutku, apalagi tak pernah meluk tubuhku,
sekali pun itu tak pernah sampai setahun ini, apa itu yang dinamakan dengan
cinta bukan Rino, kamu tidak benar-benar mencintaiku, jika kamu benar-benar
mencintaiku, aku pengen
punya masalah seperti alur cerita dalam sastra yang mengalami resolusi yang
pasti akan terjadi dan terselesaikan.”Suaraku terbata-bata disela-sela
tangisanku. Meskipun dia melihat tangisanku dia tak pernah mengusap air mataku
dan dia tak pernah memandangku sedikit pun malah saat itu juga dia pergi
meninggalkan aku di kursi kuno duduk sendirian. ”Maaf sayang aku tidak bisa
lakuin itu” kalimat terakhirnya yang kudengar sebelum langkahnya meninggalkan
tempat itu.Bingung, kesal, heran, badmood, kecewa, sakit hati, semuanya menjadi
satu bersembayang di hatiku.
Pagi-paginya aku baru bangun dari dunia mimpiku, tiba-tiba
saat kulihat jam beker kecil berbentuk hati pemberian Rino sewaktu hari ultahku
kemarin menunjukkan pukul 06:45 WIB. Seketika itu aku kelabakan, pagi ini hari
Senin, dan aku harus berangkat ke sekolah lebih pagi ada kegiatan
upacara rutinan hari Senin, halah gimana ini, pusing, panik itulah yang kurasa
saat itu, tanpa befikir panjang lagi langsung kumeloncat dari kasur menuju
kamar mandi, membersihkan kotoran-kotoran bekas tidur tadi malam. Saat di
sekolah mulai dari pagi sampai jam istirahat aku tak menemukan batang hidung
Rino, panik dan perasaan khawatir menyelimuti batinku, kemana Rino, kenapa dia
tak menemui aku sama sekali, aku tidak melihatnya seharian ini, akhirnya
aku putuskan untuk mendatangi kelasnya Rino, ya dia satu sekolah
denganku, kakak kelas setahun di atas angkatanku. Tapi ya gitu, aku tetap
tidak melihat Rino di kelas itu, bangkunya kosong tak berhuni, kutanyakan
Andre teman sekelas sekaligus teman dekatnya Rino, dia bilang Rino tidak masuk
sekolah tanpa ada surat keterangan. Seketika itu rasanya jantungku berhenti
berdetak, apa yang terjadi dengan Rino, kenapa dia tidak ngasih kabar ke aku.handphonenya
off mulai kemarin.
Dear Abel sayang,
Aku tidak tau mulai dari mana aku akan menulis surat ini, 3
hari yang lalu saat kutemui kamu di taman rumahmu, sebenarnya ada hal yang
pengen aku katakan. Aku minta maaf, aku masih belum bisa bahagiain kamu, masih
Belum bisa jaga kamu, masih belum bisa nuruti keinginan kamu, masih belum bisa
menyakinkan hati kamu kalau aku sayang kamu, masih belum bisa ngungkapin
langsung perasaan cinta aku di depan mata kamu, masih belum bisa mengang tangan
kamu, masih belum bisa ngecup kening kamu, masih belum bisa belai rambut kamu,
masih belum bisa mandang wajah kamu, masih belum bisa meluk tubuh kamu
dan ngasih kehangatan batinmu. Abel sayang, kamu tau sendiri kan sayang kalau
aku tak seperti cowok yang lainnya, yang dengan gampangnya buat suasana
romantis yang selalu buat hari-hari cewek bahagia, aku pemalu dan suka grogi
kalau berhadapan dengan cewek. Maaf sayang, bukannya aku tidak sayang kamu tapi
aku belum bisa lakuin itu semua, mungkin ini aneh tapi ini adalah prinsipku.
Bagiku cinta itu tak perlu diumbar-umbarkan, dan tak perlu diungkapkan, cinta
cuma perlu dirasakan kehangatan getaran-getarannya di hati. Tidak semua rasa
cinta perlu dibuktikan lewat perbuatan maupun perkataan dan cinta tak perlu di
kotori tapi di jaga kesuciannya, mungkin kamu mengira aku kuno tidak mengikuti
perkembangan zaman, tidak bisa mencintai seorang wanita alah gaya barat. Tapi
asal kamu tahu Abel sayang, aku lakuin itu semua, tak pernah menyentuh tangan
kamu, tak pernah cium kening kamu, tak pernah belai rambut kamu, tak pernah
memandang mata kamu, tak pernah menyentuh tubuh kamu, itu semua bukti cinta aku
kepada kamu. Bukannya aku pengen lakuin itu semua, tapi aku menghormati
cinta kamu, aku tidak ingin cinta kita adalah cinta hawa nafsu(cinta sesaat),
melainkan aku ingin cinta kita cinta yang suci, yang penuh ketulusan, dan cinta
yang diridhoi Allah. Asal kamu tahu sayang kalau aku tak mencintai kamu,
mungkin hubungan ini tidak akan berjalan sejauh ini. Aku mencintai kamu itu
semata-mata karena Allah. Jika kamu menginginkan penyelesaian dari konflik
keraguanmu terhadapku maka aku akan beri waktu kamu untuk lebih bisa belajar
akan hal resolusi, resolusi cerpen pasti ada dan mudah terselesaikan, karena
dengan mudahnya di jalan alur cerita dibuat oleh pengarang melalui jalan daya
khayal pengarang itu sendiri, tapi resolusi cinta itu Tuhan yang akan membantu
menyelesaikankannya, maka dari itu untuk hari ini dan hari-hari berikutnya kamu
tidah usah terlalu khawatir nyari-nyari aku kemana pun, bukannya aku menjauh
dan meninggalkan kamu, aku pergi bukan untuk selamanya, aku pergi hanya ingin
menata masa depan kita, suatu saat nanti aku akan kembali, aku akan membuktikan
kalau aku benar-benar mencintai kamu, tapi maaf aku masih belum bisa ngungkapin
keseriusan perasaan cintaku didepan mata kamu, melainkan di hadapan orang tua
kamu dan di hadapan Tuhan kita. Kamu akan selalu ada di hatiku. Aku mencintai
kamu karena Allah. Resolusi itu akan selalu ada dan akan kamu alami dan rasa
saat aku berjauhan denganmu untuk beebrapa saat ini, kamu akan sadar dengan
sendirinya.
From : Rino Adi Prayoga
Dengan berlinangan air mata,aku menyesali perbuatanku yang telah
meragukan keseriusan cinta Rino kepadaku. Saat itu juga aku percaya kalau dia
benar-benar mencintai aku, dan saat itu juga resolusi cintaku ada, aku berubah
menjadi wanita yang percaya akan keseriusan cinta saat itu pula aku berubah
menjadi wanita yang lebih pantas untuk masa depannya, aku memutuskan mengubah
penampilanku, yang awalnya pagi-pagi selalu mengenakan kaos tanpa lengan,
bawahan celana seperempat, dan selalu memperlihatkan rambut indahku. Kini
rambut itu sudah tertutup dengan jilbab indah, dan kulitku yang suka
kupamer-pamerkan kini sudah berbalut dengan pakaian panjang. Dan kini aku
menjelma menjadi wanita muslimah yang mempercayai kalau cinta itu suci, tulus
tak perlu dibuktikan melalui perbuatan dan perkataan, tak perlu
diumbar-umbarkan tapi perlu dijaga kesuciannya.
Umi Kulsum
0 comments:
Posting Komentar