Senin, 09 November 2015

Resolusi Cinta Cucok

Pagi ini udara masih terasa segar, tanah terlihat basah sisa tersiram air hujan tadi malam. Aku termenung duduk manis di sebuah kursi kuno di taman samping rumahku. Mataku tertuju pada sepasang burung yang sedang beraduh kasih di salah satu dahan pohon Di depanku, jadi teringat sama cowokku. Rino adalah nama pacarku. Sudah setahun ini kami jadian. Iya sih dia tuh sayang  dan cinta banget sama aku. Tapi dibalik itu semua aku tidak percaya sedikit pun dengan keseriusan cintanya. Sampai setahun ini kita jadian dia belum pernah menyatakan langsung kalau dia mencintaiku, dari situlah aku meragukan cintanya. Aku mencintai dia bahkan sangat mencintainya. Awal kita jadian dia nembak aku lewat bantuan medsos. Aah tidak seromantis pasangan lain. Tapi ya gitu meskipun dia tidak romantis kayak cowok lain, dia selalu bisa buat aku nyaman berada disampingnya,  bisa dibilang dia tuh pemalu atau suka grogi kalau deket-deket sama cewek Dia tuh humoris banget sampai-sampai tiap ngedate selalu buat aku ketawa-ketawa terus denger cerita-ceritanya yang konyol dan buat geli perutku. Kadang aku ngerasa ngiri sama teman-teman cewekku yang baru jadian sama cowoknya, katanya sih awal jadian itu  kenangan terindah, di mana seorang cowok berani mengungkapkan perasaan cintanya di depan cewek yang disukainya, ada rasa malu, nervous, salting, bikin pipi merah lah, hati dag dig dug seketika, tapi sayang perasaan kayak gitu tidak pernah aku rasakan. Aku mengira cowokku tidak benar-benar cinta sama aku, dia tidak pernah serius dengan hubungan kita. Disela-sela aku lagi banyangin dia, ehh aku tidak sadar kalau dia sudah duduk disebelahku, panjang umur tuh anak.

”Sayang lagi ngelamunin apa sih??masak cowokmu duduk Disampingmu, kamu kaget tidak karuan kayak gitu, ada masalah, cerita saja sama aku sayang,” serunya sambil menjulurkan setangkai mawar putih yang baru dibelinya. 

”Aku lagi mikirin perkataannya bu Rusmawati tadi mengenai resolusi sastra, jika resolusi sastra itu penyelesaian dari sebuah konflik maka apakah ada resolusi dalam sebuah cinta?”dengan ragu-ragu aku menanyakan akan hal itu. ”Hmmb menurutku itu ada, sastra kan banyak mengambil dari kisah kehidupan manusia terutama kata cinta, tapi bedanya lebih ditekankan dan berhubungan langsung dengan hati manusia itu sendiri. Jika dalam sebuah karangan saja ada resolusinya maka dalam kehidupan juga tentunya ada.” Jawab Rino dengan penjelasan yang cukup panjang. Dengan suara yang tersipu aku bertanya pada Rino.”Rino, kamu tuh benar-benar sayang apa tidak sih sama aku? aku pengen kisah cintaku kayak kisah karangan cerpen mengalami penyelesaian dalam konflik keraguanku selama ini terhadap cintamu padaku” tiba-tiba aku punya keberanian bertanya soal itu lagi, mungkin ini bukan pertanyaan yang pertama kalinya tapi sudah ke 1000 kali selama setahun ini. 

”Hahaha, kamu tanya pertanyaan konyol itu lagi, masak kisah cinta manusia disamakan dengan cerita dalam cerpen gak lucu sayang, ini kehidupan asli bukan dunia imajinasi lagi, tidak lucu pertanyaanmu itu, kenapa sampai saat ini kamu belum bisa percaya kalau aku sayang dan cinta sama kamu, apa belum cukup selama ini bukti-bukti yang menunjukkan kalau aku benar-benar menyukai kamu, dulu kamu yang nyuruh aku untuk percaya dengan cintamu, tapi kenapa sampai saat ini tak sedikit pun kamu bisa mempercayai perasaan sayangku untuk kamu, aku kecewa dengan sikapmu. ”Ya, rasa keraguan inilah dan pertanyaanku inilah yang selalu buat aku berantem dengan cowokku. ”Ya Rino, jujur sampai saat ini aku masih belum bisa 100% percaya kalau kamu bener-bener sayang sama aku, kalau kamu benar-benar serius sayang sama aku, kenapa sampai saat ini kamu masih tidak berani bilang langsung di hadapan mataku kalau kamu mencintai aku, aku cuma pengen ngerasain kayak cewek-cewek yang lainnya, denger dengan telingaku langsung cowokku bilang kalau dia mencintai aku, tapi apa yang kudapat, kamu tidak pernah bilang kayak gitu sama aku sampai saat ini, setiap kali aku nyuruh kamu bilang kayak gitu kamu selalu bilang maaf aku belum bisa lakuin itu, kamu tak pernah pegang tanganku, tak pernah cium keningku, tak pernah belai rambutku, apalagi tak pernah meluk tubuhku, sekali pun itu tak pernah sampai setahun ini, apa itu yang dinamakan dengan cinta bukan Rino, kamu tidak benar-benar mencintaiku, jika kamu benar-benar mencintaiku,  aku pengen punya masalah seperti alur cerita dalam sastra yang mengalami resolusi yang pasti akan terjadi dan terselesaikan.”Suaraku terbata-bata disela-sela tangisanku. Meskipun dia melihat tangisanku dia tak pernah mengusap air mataku dan dia tak pernah memandangku sedikit pun malah saat itu juga dia pergi meninggalkan aku di kursi kuno duduk sendirian. ”Maaf sayang aku tidak bisa lakuin itu” kalimat terakhirnya yang kudengar sebelum langkahnya meninggalkan tempat itu.Bingung, kesal, heran, badmood, kecewa, sakit hati, semuanya menjadi satu bersembayang di hatiku.

Pagi-paginya aku baru bangun dari dunia mimpiku, tiba-tiba saat kulihat jam beker kecil berbentuk hati pemberian Rino sewaktu hari ultahku kemarin menunjukkan pukul 06:45 WIB. Seketika itu aku kelabakan, pagi ini hari Senin, dan aku harus   berangkat ke sekolah lebih pagi ada kegiatan upacara rutinan hari Senin, halah gimana ini, pusing, panik itulah yang kurasa saat itu, tanpa befikir panjang lagi langsung kumeloncat dari kasur menuju kamar mandi, membersihkan kotoran-kotoran bekas tidur tadi malam. Saat di sekolah mulai dari pagi sampai jam istirahat aku tak menemukan batang hidung Rino, panik dan perasaan khawatir menyelimuti batinku, kemana Rino, kenapa dia tak menemui aku sama sekali,  aku tidak melihatnya seharian ini, akhirnya aku putuskan untuk mendatangi  kelasnya Rino, ya dia satu sekolah denganku,  kakak kelas setahun di atas angkatanku. Tapi ya gitu, aku tetap tidak melihat Rino di kelas itu, bangkunya kosong  tak berhuni, kutanyakan Andre teman sekelas sekaligus teman dekatnya Rino, dia bilang Rino tidak masuk sekolah tanpa ada surat keterangan. Seketika itu rasanya jantungku berhenti berdetak, apa yang terjadi dengan Rino, kenapa dia tidak ngasih kabar ke aku.handphonenya off mulai kemarin.
 Sorenya kudatangi rumah Rino, dan nol besar,pintu rumahnya tertutup rapat, tak satu pun kutemui orang yang ada di rumah itu, kosong song, kayak rumah yang tidak dihuni. Sudah 3 hari ini Rino tidak ada kabarnya, aku tidak tau dia dan keluarganya pergi kemana. Tiba-tiba pas pulang sekolah Pak Khosim satpam sekolahku memanggil namaku dari kejauhan dan memberikan sepucuk amplop putih yang berisi selembar kertas.”Non Abel, ini surat dari Mas Rino buat Non,”seru Pak Khosim berbisik di telinga kananku. ”Mas Rino, di mana Rino Pak? aku pengen menemui dia,”dengan semangatnya aku pertanyaan tentang keberadaan pujaan hatiku itu,dan tak memedulikan surat di tanganku. ”Mas  Rino, sudah pergi Non, tadi pagi dia datang dan menitipkan surat ini kepada bapak”jelas Pak Khosim yang menghilangkan semangatku tadi. Sampai di rumah aku buka amplop putih itu dengan rasa penasaran dan kangen tingkat dewa aku baca tulisan Rino.

Dear Abel sayang,
Aku tidak tau mulai dari mana aku akan menulis surat ini, 3 hari yang lalu saat kutemui kamu di taman rumahmu, sebenarnya ada hal yang pengen aku katakan. Aku minta maaf, aku masih belum bisa bahagiain kamu, masih Belum bisa jaga kamu, masih belum bisa nuruti keinginan kamu, masih belum bisa menyakinkan hati kamu kalau aku sayang kamu, masih belum bisa ngungkapin langsung perasaan cinta aku di depan mata kamu, masih belum bisa mengang tangan kamu, masih belum bisa ngecup kening kamu, masih belum bisa belai rambut kamu, masih belum bisa mandang  wajah kamu, masih belum bisa meluk tubuh kamu dan ngasih kehangatan batinmu. Abel sayang, kamu tau sendiri kan sayang kalau aku tak seperti cowok yang lainnya, yang dengan gampangnya buat suasana romantis yang selalu buat hari-hari cewek bahagia, aku pemalu dan suka grogi kalau berhadapan dengan cewek. Maaf sayang, bukannya aku tidak sayang kamu tapi aku belum bisa lakuin itu semua, mungkin ini aneh tapi ini adalah prinsipku. Bagiku cinta itu tak perlu diumbar-umbarkan, dan tak perlu diungkapkan, cinta cuma perlu dirasakan kehangatan getaran-getarannya di hati. Tidak semua rasa cinta perlu dibuktikan lewat perbuatan maupun perkataan dan cinta tak perlu di kotori tapi di jaga kesuciannya, mungkin kamu mengira aku kuno tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak bisa mencintai seorang wanita alah gaya barat. Tapi asal kamu tahu Abel sayang, aku lakuin itu semua, tak pernah menyentuh tangan kamu, tak pernah cium kening kamu, tak pernah belai rambut kamu, tak pernah memandang mata kamu, tak pernah menyentuh tubuh kamu, itu semua bukti cinta aku kepada kamu. Bukannya aku pengen lakuin itu semua, tapi aku menghormati cinta kamu, aku tidak ingin cinta kita adalah cinta hawa nafsu(cinta sesaat), melainkan aku ingin cinta kita cinta yang suci, yang penuh ketulusan, dan cinta yang diridhoi Allah. Asal kamu tahu sayang kalau aku tak mencintai kamu, mungkin hubungan ini tidak akan berjalan sejauh ini. Aku mencintai kamu itu semata-mata karena Allah. Jika kamu menginginkan penyelesaian dari konflik keraguanmu terhadapku maka aku akan beri waktu kamu untuk lebih bisa belajar akan hal resolusi, resolusi cerpen pasti ada dan mudah terselesaikan, karena dengan mudahnya di jalan alur cerita dibuat oleh pengarang melalui jalan daya khayal pengarang itu sendiri, tapi resolusi cinta itu Tuhan yang akan membantu menyelesaikankannya, maka dari itu untuk hari ini dan hari-hari berikutnya kamu tidah usah terlalu khawatir nyari-nyari aku kemana pun, bukannya aku menjauh dan meninggalkan kamu, aku pergi bukan untuk selamanya, aku pergi hanya ingin menata masa depan kita, suatu saat nanti aku akan kembali, aku akan membuktikan kalau aku benar-benar mencintai kamu, tapi maaf aku masih belum bisa ngungkapin keseriusan perasaan cintaku didepan mata kamu, melainkan di hadapan orang tua kamu dan di hadapan Tuhan kita. Kamu akan selalu ada di hatiku. Aku mencintai kamu karena Allah. Resolusi itu akan selalu ada dan akan kamu alami dan rasa saat aku berjauhan denganmu untuk beebrapa saat ini, kamu akan sadar dengan sendirinya.

From : Rino Adi Prayoga

Dengan berlinangan air mata,aku menyesali perbuatanku yang telah meragukan keseriusan cinta Rino kepadaku. Saat itu juga aku percaya kalau dia benar-benar mencintai aku, dan saat itu juga resolusi cintaku ada, aku berubah menjadi wanita yang percaya akan keseriusan cinta saat itu pula aku berubah menjadi wanita yang lebih pantas untuk masa depannya, aku memutuskan mengubah penampilanku, yang awalnya pagi-pagi selalu mengenakan kaos tanpa lengan, bawahan celana seperempat, dan selalu memperlihatkan rambut indahku. Kini rambut itu sudah tertutup dengan jilbab indah, dan kulitku yang suka kupamer-pamerkan kini sudah berbalut dengan pakaian panjang. Dan kini aku menjelma menjadi wanita muslimah yang mempercayai kalau cinta itu suci, tulus tak perlu dibuktikan melalui perbuatan dan perkataan, tak perlu diumbar-umbarkan tapi perlu dijaga kesuciannya.


Umi Kulsum


Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar