Rabu, 25 November 2015

Rencana Biadab



Jangan lupa besok malam, kita bermalam berdua, bertiga, berempat, atau boleh juga beramai-ramai. Duduk di taman di bawah lampu dekat pohon salak, di situ, di kelurahan keramat

Jangan lupa besok malam, genggamlah mimpi dan kebesaran hati, kita bumbui pula dengan mental yang kuat. Mari kita duduk bersama, jangan sampai mati bersama, bisa saja bolehlah sedikit berpikir tentang siap mati bersama, dalam lautan yang penuh emosi

Jangan lupa besok malam, kita juga bangun hati kembali, jika sudah tak kuat berdiri. Bunyi-bunyian itu sepertinya burung merpati, sepertinya dia tak kuat lagi berdiri bagaimana kalau kita buat mati saja, sepertinya dia hanya duri. Bisa jadi dia kiriman sang bos besar yang pura-pura berempati. Pada kita, padaku, padamu. Pada bintang yang pura-pura tersenyum itu. Bisa jadi, dia juga penghianat, yang diantar para kompeni. Kompeni dari tanah sendiri, coba kalian rasakan, sepertinya sudah tercium bau busuk, rasa-rasanya bau bangkai yang dibungkus bau melati, aneh sekali. Baunya terkadang harum, tapi busuk, busuk bagai bau darah dan nanah. Aku ingin muntah, sepertinya aku tak kuat berdiri, aku berasa mati.

Mari kawan-kawanku, kita cukupkan sampai di sini, aku ingi mati sejenak. Mati, mati dan mati, kemudian aku ingin hidup lagi, membawa kebaruan mimpi.

Bangkalan, 12 September 2015

(Tasrifah)

 diantologikan dalam antologi puisi Rampak Naong oleh Dewan Kesenian Jawa Timur

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar