Jumat, 09 Oktober 2015

Unjuk Keterampilan Berbicara Lewat Mendongeng




peserta lomba mendongeng
Sejumlah mahasiswa UTM saling kompetisi mengerahkan kreatifitas berbicara lewat lomba mendongeng yang diadakan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Kamis pagi (08/10). Bertempat di Gedung Auditorium, antusiasme dari 27 peserta memeriahkan acara Bulan Bahasa dengan berbagai aksi. Kostum dan bermacam media yang dibawa menunjukkan totalitas mereka mengikuti kompetisi ini. Sepuluh menit adalah waktu yang diberikan panitia untuk dimaksimalkan sebaik mungkin. Adanya sistem timer, sempat membuat konsentrasi peserta terganggu. “Deg-degan saya tidak memikirkan kalah atau menang yang penting saya sudah maju. Sempat melirik penjaga timer terus takut waktunya tidak pas Mbak. Kalau kita melebihi waktu juga akan mengurangi nilai.” Ajeng mahasiswa PBSI semester tiga ini menuturkan setelah membawakan dongeng berjudul Sapi dan Macan Ompong. Menurut Nidhomul Chusniah, koordinator panitia lomba menyatakan bahwa itu memang salah satu aturan yang harus ditaati peserta. “Panitia tetap menghargai karya mereka untuk disampaikan, kita tidak langsung menghentikan. Tapi tetap konsekuensinya adalah pengurangan nilai.” Tuturnya kepada reporter Karsa.

Tidak hanya dari prodi PBSI, lomba juga diikuti dari peserta prodi lain. Nabila mahasiswa PGPAUD mengaku senang mengikuti lomba mendongeng. “Mendongeng adalah rangsangan bahasa anak. Penting. Orang tua dan calon pendidik harus bisa merangsang bahasa anak karena ini berkaitan dengan psikologi pendidikan.” Tuturnya. Dia menambahkan bahwa acara sebagus ini perlu diimbangi dengan tersosialisasinya informasi yang lebih luas.

Jangan Salah Ini Ruang Dongeng
Mendongeng menampakkan kekhasan tersendiri. Peserta harus bisa membedakan mana mendongeng dan mana monolog. Mulai dari cara mencerita, pergantian suara, dan gerak tubuh. “Terlalu ekspresif dalam gerak justru kesan mendongengnya nggak dapet. Antara  keduanya memang beda tipis, bisa dibedakan dari segi tampilan, intonasi, pemilihan cerita yang tepat, dan kepandaian pendongeng memilih warna suara berbeda-beda” Ungkap Ibu Nanda Awalilfitri selaku dewan juri.  Dari sini untuk berkompetisi peserta harus bisa membedakan lebih jeli lagi.  Monolog yang merupakan bagian dari seni teater tidak bisa langsung disamakan dengan keterampilan mendongeng. Bakat-bakat yang sudah bagus perlu diasah sebagai bagian dari keterampilan berbicara dalam mengembangkan kemampuan berbahasa bagi para calon pendidik. “Jangan salah ruangan” Tuturnya.  (ap)

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar