Rabu, 07 Oktober 2015

Cahaya Islam Untukku















Oleh Mutmainnah

Matahari mulai menunjukkan cahayanya. Aku masih bermalas-malasan untuk membuka
selimutku. Tak ada yang sempat membangunkanku jadi aku bisa semauku untuk bangun, ayah
dan ibuku sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku diurus oleh pembantuku di rumah.
Hari minggu ini adalah jadwalku untuk pergi ke gereja, Aku Yesa Natalia, seorang gadis jutek
dan bawel. Meskipun demikian aku sangat taat beribadah, aku tak pernah absen untuk ke Gereja.
Perjalananku ke Gereja akhir-akhir ini tidak semulus seperti biasanya, itu karena aku mendengar
suara yang sangat merdu dari dalam Masjid di depan alun-alun kota. Aku berhenti sejenak, dan
mendengarkan suara indah itu, beberapa saat kemudian suara itu berhenti dan tiba-tiba ku lihat
seorang laki-laki keluar dari Masjid. Betapa terkejutnya aku “Oh my God, Malaikat” Bisikku.
Aku tercengang melihatnya, mulutku seakan tak bisa berkata-kata. Malaikat itu tak melihat
kearahku padahal aku ada di depannya, dia hanya menundukkan kepalanya, dan pergi dengan
sepeda ontelnya, aku terus saja melihatnya, tanpa ku sadari aku mengikutinya sampai entah
di mana aku berada, malaikat itu sudah menghilang dari pandanganku, dan saat itulah aku
tersadar "Waaduuhh, ada dimana gue?”. Cepat-cepat aku bergegas ke gereja, ku adukan semua
kejadian tadi pada Tuhanku “Ya Tuhan, aku tadi melihat malaikat, malaikat tanpa sayap, dia
ganteng banget Tuhan” Kataku di Gereja.
Hari Minggu selanjutnya niatku sudah berbeda, niatku tak lagi ke Gereja, Minggu kali ini aku
nongkrong di pintu gerbang Masjid, aku tak sendirian pergi kesana, aku ditemani teman karibku
sebut saja dia Zahra, Zahra adalah seorang muslimah, meskipun kita berbeda agama tapi kita
saling menghargai satu sama lain, “Yesa, ngapain kamu ngajak aku ke Masjid?” Tanyanya heran.
“Elloo belum tahu? ada malaikat di dalam Masjid itu” Jawabku. “Kamu mengigau ya?” Sahutnya
sambil mencubit pipiku. “AWWW, sakit tau, ya enggaklah aku enggak tidur keless, ello harus
lihat malaikat tanpa sayap itu, sebentar lagi dia keluar” Jawabku. Seberapa saat kemudian yang
ku sebut malaikat itupun keluar. Zahra berkata “Ooooo itu yang kamu maksud malaikat?” “Iya,
keren ya” Jawabku sambil tercengang melihatnya. “Itu mah tetanggaku Yes, dia baru pulang dari
pondokya sebulan yang lalu” Jelas Zahra. “Jadi kamu kenal? Kenalin gue donk! Please! Pintaku.
“Aku belum terlula kenal sih, tapi dia tetanggaku” Jawab Zahra.
Setelah aku tahu malaikat tanpa sayap itu tetangga dari Zahra aku selalu bermain ke rumah
Zahra. Malaikat tanpa sayap itu bermana yusuf, aku sempat bertanya pada Zahra kemarin
sebelum pulang sekolah. Aku duduk di teras depan rumah Zahra sambil melihat kearah rumah
Yusuf. Yang ditunggu-tunggupun tiba yusuf keluar dari rumahnya, aku berdiri dan menatapnya.
tiba-tiba Zahra datang dan bertanya “Yes, ngeliat apa?” “Malaikat Malaikat” Mulutku dan
pikiranku seakan tidak sinkron. “Yusuf?” kata Zahra dengan nada biasa saja “ Iya Yusuf" Kataku
masih tetap memandanginya “Sepertinya gue suka deh sama Yusuf, Ra” Lanjutku. “Tapi dia muslim
Yes, mustahil bagi dia menyukai orang dengan beda agama” Jelas Zahra. “Kalau begitu gue akan
pindah agama, kalau dia gak bisa pindah ke agama gue. Gue yang akan pindah keagama dia”
sahutku. “Kamu yakin?” Kata Zahra “Sangat yakin!” Jawabku penuh keyakinan. “Pindah agama
bukan hal yang main-main Yes” Kata Zahra “Aku tahu itu” Kataku.
Hari demi hari kulewati dengan belajar agama kepada Zahra, seperti mengaji, sholat, dan puasa.
Aku diam-diam belajar agama yang akan aku jalani tanpa sepengetahuan dari keluargaku, karena
jika mereka tahu pasti mereka akan marah besar, keluargaku sangat tidak suka dengan agama
Islam, menurut mereka Islam penuh dengan kekerasan, dan suka berantem tapi bagiku tidak
semenjak aku kenal dengan malaikatku itu Yusuf. Islam bagiku indah, damai, da memberikan
ketenanagan, aku lebih mengetahui arti kehidupan sesungguhnya, untuk apa aku hidup dan siapa
aku hidup. Setelah kupelajari dan memahami semuanya barulah aku mengajak Zahra untuk
menemui seorang kyai untuk memuallafkanku. Akupun resmi menjadi seorang muallaf, aku masih
sedikit kesusahan menjalani kewajibanku dan yang paling berat adalah kewajiaban puasa, huhhh
tanpa ice cream stroberi di siang hari. Tapi tidak, aku harus menjadi muslimah sejati.
Hari-hari selanjutnya aku mulai terbiasa menjalankan kewajibanku sebagai muslimah, ucapanku
berubah drastis dari ello-gue jadi aku-kamu, heemm manis bangetkan. Aku sering sekali
mengunjungi rumah Zahra selain ingin bertemu malaikatku itu aku juga belajar agama kepada
Zahra untuk memperdalam keyakinanku. Beberapa saat kemudian di rumah Yusuf kulihat
seperti ada keramaian dan membawa bingkisan ku kira Yusuf sedang berulang tahun, dan
ternyata seperti yang Zahra katakan mereka adalah calon besan dari keluarga Yusuf, mereka
adalah keluarga Fatimah, Fatimah adalah calon istri Yusuf, mereka berdua dijodohkan. Entah
kenapa setelah aku mendengar semua itu, mungkin hatiku sedikit terluka, tapi aku sadar Fatimah
lebih baik daripada aku, dia sholehah, dan pantas menjadi calon istri yusuf. Setelah mendengar
semua itu akupun pulang dan tanpa sadar aku membawa kitab suci Al-qur’an dengan pakaian
muslimah. Sesampainya di rumah ayahku kaget melihatku dengan pakaian muslimah dan
memabawa kitab suci Al-qur’an. Dan yang aku takutkan pun terjadi, ayahku marah besar ketika
beliau tahu aku pindah agama, ibuku hanya menangis dan aku hanya diam, menunduk tanpa
mengeluarkan kata-kata apapun, aku harus menghormati kedua orang tuaku bagaimanapun
mereka telah merawatku sejak kecil jadi aku tak melawan kemarahan ayahku, wajar kalau
mereka marah, tapi untungnya mereka tak sampai mengusirku dari rumah kerena aku anak satu-
satunya, jadi mana mungkin mereka mengusirku. Lambat laun orang tuaku mulai menerima
agama baruku, mereka mulai menghargai aku sebagai seorang muslimah, tak lupa aku selalu
mendoakan mereka agar cahaya yang telah aku dapat dan aku rasakan ini, didapat dan dirasakan
pula oleh kedua orang tuaku..
Cinta dari malaikatku tak sempat ku dapat, tapi aku telah mendapatkan cinta yang jauh lebih
indah, iya, cinta dari Sang Ilahi telah aku dapatkan. Allah sangat mencintaiku dengan mencintai
Yusuf sebagai perantara untuk mencintai-NYA. Cinta membawaku kepada cahaya islam. Cahaya
yang penuh ketenangan. Kuucapkan terima kasih kepada Yusuf yang telah membawa cintaku
menuju jalan yang benar, jalan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar