Oleh Mutmainnah
Matahari mulai menunjukkan cahayanya. Aku masih
bermalas-malasan untuk membuka
selimutku. Tak ada yang sempat membangunkanku jadi aku
bisa semauku untuk bangun, ayah
dan ibuku sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku diurus
oleh pembantuku di rumah.
Hari minggu ini adalah jadwalku untuk pergi ke gereja,
Aku Yesa Natalia, seorang gadis jutek
dan bawel. Meskipun demikian aku sangat taat
beribadah, aku tak pernah absen untuk ke Gereja.
Perjalananku ke Gereja akhir-akhir ini tidak semulus
seperti biasanya, itu karena aku mendengar
suara yang sangat merdu dari dalam Masjid di depan
alun-alun kota. Aku berhenti sejenak, dan
mendengarkan suara indah itu, beberapa saat kemudian
suara itu berhenti dan tiba-tiba ku lihat
seorang laki-laki keluar dari Masjid. Betapa terkejutnya
aku “Oh my God, Malaikat” Bisikku.
Aku tercengang melihatnya, mulutku seakan tak bisa
berkata-kata. Malaikat itu tak melihat
kearahku padahal aku ada di depannya, dia hanya
menundukkan kepalanya, dan pergi dengan
sepeda ontelnya, aku terus saja melihatnya, tanpa ku
sadari aku mengikutinya sampai entah
di mana aku berada, malaikat itu sudah menghilang dari
pandanganku, dan saat itulah aku
tersadar "Waaduuhh, ada dimana gue?”. Cepat-cepat
aku bergegas ke gereja, ku adukan semua
kejadian tadi pada Tuhanku “Ya Tuhan, aku tadi melihat
malaikat, malaikat tanpa sayap, dia
ganteng banget Tuhan” Kataku di Gereja.
Hari Minggu selanjutnya niatku sudah berbeda, niatku
tak lagi ke Gereja, Minggu kali ini aku
nongkrong di pintu gerbang Masjid, aku tak sendirian
pergi kesana, aku ditemani teman karibku
sebut saja dia Zahra, Zahra adalah seorang muslimah,
meskipun kita berbeda agama tapi kita
saling menghargai satu sama lain, “Yesa, ngapain kamu
ngajak aku ke Masjid?” Tanyanya heran.
“Elloo belum tahu? ada malaikat di dalam Masjid itu”
Jawabku. “Kamu mengigau ya?” Sahutnya
sambil mencubit pipiku. “AWWW, sakit tau, ya enggaklah
aku enggak tidur keless, ello harus
lihat malaikat tanpa sayap itu, sebentar lagi dia
keluar” Jawabku. Seberapa saat kemudian yang
ku sebut malaikat itupun keluar. Zahra berkata “Ooooo
itu yang kamu maksud malaikat?” “Iya,
keren ya” Jawabku sambil tercengang melihatnya. “Itu
mah tetanggaku Yes, dia baru pulang dari
pondokya sebulan yang lalu” Jelas Zahra. “Jadi kamu
kenal? Kenalin gue donk! Please! Pintaku.
“Aku belum terlula kenal sih, tapi dia tetanggaku” Jawab
Zahra.
Setelah aku tahu malaikat tanpa sayap itu tetangga
dari Zahra aku selalu bermain ke rumah
Zahra. Malaikat tanpa sayap itu bermana yusuf, aku
sempat bertanya pada Zahra kemarin
sebelum pulang sekolah. Aku duduk di teras depan rumah
Zahra sambil melihat kearah rumah
Yusuf. Yang ditunggu-tunggupun tiba yusuf keluar dari
rumahnya, aku berdiri dan menatapnya.
tiba-tiba Zahra datang dan bertanya “Yes, ngeliat
apa?” “Malaikat Malaikat” Mulutku dan
pikiranku seakan tidak sinkron. “Yusuf?” kata Zahra
dengan nada biasa saja “ Iya Yusuf" Kataku
masih tetap memandanginya “Sepertinya gue suka deh
sama Yusuf, Ra” Lanjutku. “Tapi dia muslim
Yes, mustahil bagi dia menyukai orang dengan beda
agama” Jelas Zahra. “Kalau begitu gue akan
pindah agama, kalau dia gak bisa pindah ke agama gue.
Gue yang akan pindah keagama dia”
sahutku. “Kamu yakin?” Kata Zahra “Sangat yakin!”
Jawabku penuh keyakinan. “Pindah agama
bukan hal yang main-main Yes” Kata Zahra “Aku tahu
itu” Kataku.
Hari demi hari kulewati dengan belajar agama kepada
Zahra, seperti mengaji, sholat, dan puasa.
Aku diam-diam belajar agama yang akan aku jalani tanpa
sepengetahuan dari keluargaku, karena
jika mereka tahu pasti mereka akan marah besar,
keluargaku sangat tidak suka dengan agama
Islam, menurut mereka Islam penuh dengan kekerasan,
dan suka berantem tapi bagiku tidak
semenjak aku kenal dengan malaikatku itu Yusuf. Islam
bagiku indah, damai, da memberikan
ketenanagan, aku lebih mengetahui arti kehidupan
sesungguhnya, untuk apa aku hidup dan siapa
aku hidup. Setelah kupelajari dan memahami semuanya
barulah aku mengajak Zahra untuk
menemui seorang kyai untuk memuallafkanku. Akupun
resmi menjadi seorang muallaf, aku masih
sedikit kesusahan menjalani kewajibanku dan yang
paling berat adalah kewajiaban puasa, huhhh
tanpa ice cream stroberi di siang hari. Tapi tidak,
aku harus menjadi muslimah sejati.
Hari-hari selanjutnya aku mulai terbiasa menjalankan
kewajibanku sebagai muslimah, ucapanku
berubah drastis dari ello-gue jadi aku-kamu, heemm
manis bangetkan. Aku sering sekali
mengunjungi rumah Zahra selain ingin bertemu
malaikatku itu aku juga belajar agama kepada
Zahra untuk memperdalam keyakinanku. Beberapa saat
kemudian di rumah Yusuf kulihat
seperti ada keramaian dan membawa bingkisan ku kira Yusuf
sedang berulang tahun, dan
ternyata seperti yang Zahra katakan mereka adalah
calon besan dari keluarga Yusuf, mereka
adalah keluarga Fatimah, Fatimah adalah calon istri
Yusuf, mereka berdua dijodohkan. Entah
kenapa setelah aku mendengar semua itu, mungkin hatiku
sedikit terluka, tapi aku sadar Fatimah
lebih baik daripada aku, dia sholehah, dan pantas
menjadi calon istri yusuf. Setelah mendengar
semua itu akupun pulang dan tanpa sadar aku membawa
kitab suci Al-qur’an dengan pakaian
muslimah. Sesampainya di rumah ayahku kaget melihatku
dengan pakaian muslimah dan
memabawa kitab suci Al-qur’an. Dan yang aku takutkan pun
terjadi, ayahku marah besar ketika
beliau tahu aku pindah agama, ibuku hanya menangis dan
aku hanya diam, menunduk tanpa
mengeluarkan kata-kata apapun, aku harus menghormati
kedua orang tuaku bagaimanapun
mereka telah merawatku sejak kecil jadi aku tak
melawan kemarahan ayahku, wajar kalau
mereka marah, tapi untungnya mereka tak sampai
mengusirku dari rumah kerena aku anak satu-
satunya, jadi mana mungkin mereka mengusirku. Lambat
laun orang tuaku mulai menerima
agama baruku, mereka mulai menghargai aku sebagai
seorang muslimah, tak lupa aku selalu
mendoakan mereka agar cahaya yang telah aku dapat dan
aku rasakan ini, didapat dan dirasakan
pula oleh kedua orang tuaku..
Cinta dari malaikatku tak sempat ku dapat, tapi aku
telah mendapatkan cinta yang jauh lebih
indah, iya, cinta dari Sang Ilahi telah aku dapatkan.
Allah sangat mencintaiku dengan mencintai
Yusuf sebagai perantara untuk mencintai-NYA. Cinta
membawaku kepada cahaya islam. Cahaya
yang penuh ketenangan. Kuucapkan terima kasih kepada Yusuf
yang telah membawa cintaku
menuju jalan yang benar, jalan cinta dan kasih sayang
yang sesungguhnya.
0 comments:
Posting Komentar