Jumat, 27 Mei 2016

IslamicWord View Bagi Guru di Era MEA


            Simposium pendidikan yang dihelat STKIP Al-Hikmah Surabaya mengusung tema  “Menggugah Kesiapan Kompetensi Guru Lokal Menghadapi Ekspansi Pendidik Asing  di Era MEA”, dihadiri peserta dari kalangan mahasiswa, guru, maupun dosen (28/11). Dalam rangka memeringati hari guru, Dr. Ardian Husaini., M.A dan Prof. Dr. Muchlas Samani., M.Pd. dihadirkan menjadi pembicara bersama dua mahasiswa Al-Hikmah yang dinobatkan menjadi favourit teacher, Orthio Rizki Pratama dan M. Zuhri Fahruddin.
         
            Menghadapi MEA guru dijadikan sebagai sorotan dan ujung tombak mengarahkan sumber daya manusia yang cerdas sekaligus berkarakter kuat. Nah, bagaimana menjadi guru yang bersaing di era MEA?

            Islamic world view bagi guru di Era MEA inilah materi yang diulas saat sesi pertama. Dr. Ardian Husaini., M.A, dosen jurnalistik dan pemikiran Islam yang menjadi ketua dewan dakwah Islam Indonesia ini menyatakan poin penting bahwa guru itu mujahid. Guru itu seorang pejuang. Menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada diri manusia sebagai manusia bukan sebagai pekerja. Jika guru adalah pejuang maka menjadikan anak juga sebagai pejuang.

“Guru mencetak anak untuk melompat satu meter. Kita tidak penting anak memakai sepatu apa. Yang penting adalah targetnya tercapai.” Tambah Dr. Ardian. Anologinya seperti  pengendara motor yang pakai helm tidak pakai celana tidak ditilang. Sedangkan pengendara pakai celana tidak pakai helm, ditilang. Benar mana, tidak pakai celana apa tidak pakai helm? Pengendara yang benar adalah yang memakai celana. Apabila guru dipandang sebagai filosofi hidup, era MEA justru guru tetap bisa memerahputihkan Indonesia dengan kultur Indonesia.

Ruang pendidikan yang terlalu menyekat seringkali menjebak peserta didik untuk membalik niat li thalabul ilmi kepada niat yang lain-lain. “Pokoknya Pak kyai nyuruh ini, berangkat.” Niat, ini sebagai pondasi yang sangat penting dalam mencari ilmu . Jika niatnya sudah bukan li thalabul ilmi, layaknya berjalan untuk merusak agama. Pun merusak guru yang memberikan ilmu pula.

Mengutip surat Al-Hujurat ayat 13. Presiden BEM STKIP AL-HIKMAH memandang MEA sebagai ladang kompetisi dan kolaborasi amal kebaikan di bidang pendidikan. Bagaimana nantinya ASEAN itu menjadi bagian penting dalam perdagangan internasional,  perlu adanya li ta’arafu. Mengenal yang bersuku-suku, yang berbangsa-bangsa. Ketika kita bisa berkompetensi, berkolaborasi  dengan bangsa lain, justru dapat jauh lebih mengembangkan bangsa Indonesia nantinya. “Kita harus mememandang MEA sebagai pemacu bukan sebagai ancaman.” Tambahnya.


Acara pun ditutup dengan penyematan tanda pemenang teacher idol kepada Orthio Rizki Pratama dan M. Zuhri Fahruddin. (Anggun Putri)

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar